“Mba, aku terlalu lebay nggak sih, setiap saat aku memikirkan jika aku menikah dengan dia, apakah nanti dia bisa membuatku jatuh cinta padanya?” isi smsnya padaku.
Cepat ku balas, “Tenang saja Non, semua itu sudah ada rumusnya, insya Alloh jika sudah tiba waktunya kamu akan tahu jawabannya.”
“Iya sih Mba. Makasih ya Mba.” Balasnya kemudian.
Lain lagi pertanyaan yang pernah dilontarkan oleh sepupuku dan juga para tanteku yang kala itu merasa aneh dengan hubungan teraat singkatku dengan seorang lelaki yang dijodohkan temanku dan kini lelaki itu menjadi suamiku. “Teh, nggak takut langsung nikah dengan orang yang nggak dikenal?”
“Nggak. Kan udah kenal lewat biodatanya.” Jawabku mantap.
“Masa percaya aja sama biodata, sifat, watak, kebiasaan lainnya gimana?” Sambung tanteku.
Aku pun tersenyum. “Tenang saja te, Alloh itu sudah ngasih rumusnya,aku tinggal menjalaninya. Insya Alloh nggak akan salah pilih.”
***
Bagi sebagian orang, menikah tanpa pacaran terlebih dahulu adalah hal yang wajar bahkan dikatakan wajib. Dengan alasan agar mengenal satu sama lainnya. Mendalami karakter, sifat dan akhlaknya. Termasuk juga aku, dulu aku adalah orang yang percaya jika menikah dengan pacar kita maka hubungan kita kelak akan rukun dan tentram.
Tapi hal itu tidak dibenarkan dalam Islam. Islam melarang mendekati zina. Dan dalam pandangan Islam, berpacaran itu sudah termasuk zina, bukan mendekati lagi. Bagaimana tidak, saat pacaran kita melakukan pergi berduaan, pegang tangan, rangkulan, dan banyak aktifitas lain yang menjurus ke arah kemaksiatan. Belum lagi isi sms mesra dan kata-kata rayuan gombal di telepon. Memang benar raga kita tak bertemu tapi hati, angan-angan dan pikiran akan terus melayang dan dibuai keindahan sesaat tentang pacar kita. Dan Alloh sangat cemburu saat melihat hambaNya menduakanNya. Itu pun termasuk zina hati, pikiran. Dikatakan zina karena pasangan yang kita sebut “pacar” adalah orang yang belum sah untuk kita miliki, meskipun sudah tunangan.
Lihat bagaimana Islam mengajarkan hubungan antar lawan jenis. Islam sangat memuliakan wanita. Saking mulianya, Islam mengharamkan menampakan sebagian anggota tubuh wanita di hadapan non muhrim mereka kecuali wajah dan telapak tangan. Agar mereka aman dari gangguan para lelaki iseng. Dan ketika seseorang sudah dikatakan siap menikah, maka ia cukup mengatakan pada kedua orangtuanya agar dicarikan, atau sekarang bagi para aktifis dakwah bisa menyampaikan pada para Murobbi mereka. Setelah ada pria yang siap pula untuk menikah, maka kita berdua akan dipertemukan untuk saling ta’aruf. Perkenalan di sini tidak dilakukan berdua saja tapi juga ditemani oleh wakil dari masing-masing pihak yang amanah dan bisa menjaga kerahasiaan proses ini. Di situ kita bisa saling bertanya tentang sifat, kebiasaan, karakter, hobi, hal yang disukai dan tidak disukai, misi visi pernikahan, keluarganya, riwayat kesehatannya, pekerjaan dari calon pasangan kita. Lengkap kan? Hanya butuh 1 hari. Dan dijamin jawabannya nanti adalah jawaban yang jujur, tidak direkayasa.
Setelah puas bertanya, akan disepakati juga apakah akan diteruskan ke tahap khitbah (melamar) atau hanya sampai perkenalan saja. Kedua belah pihak pun harus langsung menjawab di tempat, agar tidak digangguu oleh pikiran setan. Jika sama-sama cocok, maka proses berikutnya adalah melamar. Waktu yang disepakati pun tergantung kesiapan dari masing-masing. Saya sendiri prosenya sekitar 1 bulan saja. Setelah dilamar, kita masih tetap diharamkan untuk bertemu, berkirim sms apalagi saling telepon. Karena setan masih punya seribu tipu daya untuk menjerumuskan kita ke jalannya. Perbanyak istighfar. Agar Alloh membantu semua urusan kita untuk melangkah ke tujuan pernikahan.
Setelah menikah, barulah kita bisa merasakan jawaban dari rumus yang Alloh berikan, “menikah dulu baru timbul rasa cinta dan sayang.” Benarkah demikian? Silahkan buktikan setelah menikah. “ Dan diantara tanda-tanda (kebesaran) Nya adalah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan diantara kamu rasa kasih saying. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran) Alloh bagi kaum yang berfikir” QS. Ar Rum : 21
Wallohu alam bishowab.