Percaya atau tidak
kematian itu pun kita sendiri yang harus memilih. Sama seperti bagian dari
kehidupan kita yang lain, yang selalu menuntut kita untuk memilih. Suka atau
tidak. Jumat terakhir di bulan November kali ini, menggoreskan kenangan pilu di
hatiku. Betapa tidak, seorang saudari yang dipertemukan oleh Allah telah
diambil kembali oleh sang penciptanya. Kejadiannya kilat. Berawal dari
kecelakaan maut yang akhirnya merenggut nyawanya.
Sepulang dari pemakaman, aku berbincang dengan seorang
Ibu yang duduk di sampingku sembari mengendarai mobilnya melaju mengantarkanku
pulang.
“Astaghfirulloh, siapa yang menyangka ya Teh, kematiannya
harus seperti ini.”
“Itulah kekuasaan Allah, Neng.” Timpalnya pelan.
Aku pun merenungi kejadian ini. Teringat kejadian naas
yang menimpa pembalap Simoncelli kemarin, dia meninggal di sirkuit tempat ia
berlomba. Tempat yang mungkin paling ia senangi. Dan beberapa peristiwa
kematian lain yang merayap di benakku. Tapi kali ini, aku yakin saudariku itu
tentu tidak menginginkan meninggal di pinggir jalan raya akibat kecelakaan. Keinginannya
adalah sama dengan keinginanku, keinginan kita semua yang berharap meninggal
syahid lagi khusnul khotimah. Tapi mungkin dari doa yang kita panjatkan itu
kita lupa untuk mengatakan sesuatu, lupa memohon agar kelak saat kita meninggal
kita bisa berada dalam dekapan orang-orang tercinta, dalam tempat yang mulia
dan baik, dan lain sebagainya.
Astaghfirulloh.
Dari kematianlah kita belajar bersyukur, bersyukur atas
nikmat yang diberikan sebelum seluruh kenikmatan itu dicabut dari diri kita, dari
kematian kita jadi terus berjuang dan berlomba mengumpulkan amal-amal sholih
serta menabung kebaikan guna bekal di akhirat nanti, dari kematian kita juga
belajar memahami bahwa semua yang hidup pasti akan mati dan semua yang kita
sayangi dan cintai hanyalah fana semata. Hanya Allah yang kekal, tempat
berasalnya cinta dan tempat kembalinya cinta.
Terurai kembali air mataku tatkala mengingat kenangan
bersamanya. Tapi kuasa Ilahi tak pernah bisa ditandingi. Hanya mampu sekuat
tenaga untuk berdoa, berharap Allah akan merangkulnya dengan penuh kasih dan
memberikan tempat terbaik di sisiNya, serta melepas kepergian saudariku dengan
penuh keikhlasan, dan bercita-cita semoga Allah kelak mempertemukanku lagi
dengannya di surga, bersama para jajaran bidadariNya di sana. Amin.
Wallahu
‘alam bishowab.