Kulirik hand phoneku, pukul 16.15. Aku segera bergegas keluar dari rumah, menuju suatu tempat. Agak tergesa-gesa karena acara yang dijadwalkan adalah pukul 16.00. Aku berdoa semoga aku tak melewatkan sedikit pun tausiyah yang akan disampaikan dalam acara tersebutn. Sore itu tak hanya aku, tapi kami semua beramai-ramai hadir dalam sebuah acara tausiyah yang disampaikan oleh utadz tamu yang jauh datang dari kota Klaten. Bagi kami, para perantau di kota Batu Bara ini, jika ada kesempatan bertemu dengan ustadz tamu yang singgah ke kota kami baik itu sengaja diundang atau dalam perjalanan dinas lainnya, maka tidak akan kami sia-siakan begitu saja. Selain menambah ilmu, berbagi pengalaman, kami juga bisa saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran. Dalam tausiyah yang disampaikan oleh masing-masing ustadz pun tentulah berbeda-beda sesuai dengan kemampuan mereka di bidang masing-masing.
Ajang ini pun sering dijadikan acara reuni kecil bagiku. Bertemu dengan teman-teman, tetangga, saudara seiman yang terkadang tanpa ku sadari, padatnya aktifitas masing-masing membuatku tak bisa leluasa bertemu muka dengan mereka atau sekedar menjabat tangannya, merasa rindu jika tidak bertemu dengan mereka.Dan hanya dalam forum seperti inilah kami bisa bertemu.
Sore itu, ada kalimat pembuka yang menarik perhatianku yang disampaikan oleh sang ustadz, “ Alhamdulillah, saya bisa menginjakkan kaki di Kota ini lagi, ini bertepatan, bukan kebetulan, saya ada kegiatan memberikan tes untuk calon siswa-siswi yang ingin masuk ke sekolah kami di Klaten.”
Setelah sampai di rumah, aku kembali membaca catatanku, pengingat yang disampaikan ustadz tadi kembali menyemangati aktifitasku. Semua yang ada di alam ini memang bukan kebetulan, tapi semuanya sudah diciptakan oleh Alloh SWT. Tapi seringkali kita lebih nyaman mengatakan, “kebetulan ini hari libur jadi aku bisa menemanimu,” daripada mengatakan, “bertepatan ini hari libur jadi aku bisa menemanimu.” Terasa janggal dan aneh didengar. Tapi itu karena kita belum terbiasa mengucapkannya.
Dari kalimat “bertepatan bukan kebetulan” yang ku kutip dari ustadz tadi, membuat ku tersadar kembali, memang tak ada yang kebetulan, tapi semua diatur Alloh sesuai ketentuan Nya. Jikalau memang sebuah kebetulan, sekali lagi itu bukan kebetulan, tapi merupakan rencana Alloh yang sangat pas dan tepat dengan kondisi kita, sehingga tanpa sadar mulut kita refleks menyebut “kebetulan” dalam setiap perbincangan sehari-hari. Padahal itu adalah sebuah takdir yang diberikan untuk kita dan lebih pantas disebut “bertepatan.”
Astaghfirulloh.
Kembali aku terenyuh, betapa selama ini selalu mengatakan kata “kebetulan” dalam keseharianku, tanpa kusadari aku mendahului kehendak Nya, merasa seolah-olah akulah yang menciptakan kejadian ini sehingga pas dan tepat timingnya. Melupakan siapa sebenarnya pemilik kekuasaan di dunia ini yang Maha Mengatur. Dan kembali tersungkur mohon ampun mengingat akulah hamba yang lemah tanpa daya apa-apa jika bukan karena Nya.
Astaghfirulloh.
Manusia memang tempatnya lupa. Tapi manusia yang beruntung adalah manusia yang mau berubah dari kejahilan menuju kebaikan jika diberi peringatan dan isyarat Nya melalui alam dan lingkungan di sekitar kita.
Wallohu’alam bis showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar