Banyak yang bertanya pada saya ketika saya telah menikah. “Mbak nikah itu enak ya?” saya bingung menjawabnya.
Boleh dikatakan nikah secara umum, secara kasat mata memang enak. Kemana-mana berdua, punya ruang curhat sendiri, punya pendamping, dan hal indah lainnya. Apalagi bagi mereka yang baru merasakan nikmatnya pacaran setelah menikah. Benarlah syair sebuah lagu mengatakan, “jatuh cinta berjuta rasanya.”
Tapi tidak hanya itu saja. Hidup ini bagai dua mata koin yang saling berdampingan. Saat mereka bilang menikah itu enak, ada pula sebagian dari mereka yang mengatakan sebaliknya. Bagi yang hubungan rumah tangganya tidak harmonis misalnya, tentu akan memberi kesan sendiri tentang arti sebuah pernikahan.
Boleh dikatakan nikah secara umum, secara kasat mata memang enak. Kemana-mana berdua, punya ruang curhat sendiri, punya pendamping, dan hal indah lainnya. Apalagi bagi mereka yang baru merasakan nikmatnya pacaran setelah menikah. Benarlah syair sebuah lagu mengatakan, “jatuh cinta berjuta rasanya.”
Tapi tidak hanya itu saja. Hidup ini bagai dua mata koin yang saling berdampingan. Saat mereka bilang menikah itu enak, ada pula sebagian dari mereka yang mengatakan sebaliknya. Bagi yang hubungan rumah tangganya tidak harmonis misalnya, tentu akan memberi kesan sendiri tentang arti sebuah pernikahan.
Saya tidak mau menakut-nakuti anda. Tapi memang begitulah konsekuensi dari pernikahan. Ketika berani mengambil keputusan menikah, maka harus pula berani belajar.Itu yang perlu digaris bawahi. Dalam pernikahan pun kita harus banyak belajar. Belajar untuk sabar, menahan emosi, pengertian, faham, tidak egois, penyayang dan sebagainya. Belajar tentang dunia baru dalam babak kehidupan. Dan sebaiknya kita belajar segala hal tak hanya sendiri, tapi berdua dengan pasangan kita.
Tapi saya lebih suka bilang dengan menikah kita jadi pintar. Karena ada beberapa teman saya yang mengeluh "Mbak, saya takut menikah, belum siap." dan sebagainya. Padahal dalam menikah itu Allah telah siapkan tarbiyah (pendidikan) untuk kita semua. Yang bahkan kita belum pernah dapatkan itu di bangku sekolah.
Kita jadi pintar berperan sebagai istri, suami, ibu, ayah, teman untuk anak-anak kita, berperan sebagai psikolog untuk mendengar curhat dan memberi solusinya, pintar membagi waktu, melayani pasangan kita, menata rumah, memasak, menjaga penampilan, mengatur keuangan, dan hal lainnya.
Subhanallah! Maha Suci Allah yang Maha Tau dengan segala kebutuhan hambaNya. Jadi jangan takut untuk menikah.
"Tapi bagaimana Mbak dengan kendala orang tua dan ekonomi?" Pertanyaan yang kesekian kalinya yang saya dengar saat seseorang hendak menikah.
Tenang saja, selama kita yakin, ikhtiar dan tawakal sama Allah maka semuanya akan mudah dilewati. Bukankah dengan menikah Alloh akan membuat rezeki kita semakin bertambah? Buktinya, anda yang masih sendiri kini menjadi berdua dengan pasangan anda. Yang tadinya hanya memiliki keluarga kecil maka kini keluarga anda bertambah besar.
Serahkan semua urusan pada Nya. Maka semuanya akan terasa ringan dilalui. Berpeganglah pada tali agama Alloh. Maka seberat apapun ujian itu, saya yakin anda akan keluar sebagai juaranya.
So, menikah? Siapa takut!
Wallohu ‘alam bishowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar