Pernah merasa jenuh dengan semua aktifitas yang kita jalani selama ini? Saya yakin semua sepakat menjawab "Ya". Tapi bisakah semua orang mengatasi rasa jenuhnya masing-masing? Kalau ini mungkin jawabannya beragam. Saya tak perlu mencari contoh dari orang lain dalam kasus ini, karena saya pun pernah mengalami masa jenuh. Bahkan rasanya ingin segera keluar dari lubang kejenuhan itu, tatkala saya yang saat itu baru bergabung menjadi seorang guru di salah satu sekolah swasta di kota saya tinggal. Ingin rasanya saat itu saya menjadi "anak bawang" yang diberikan perhatian oleh semua teman senior saya. Tapi ternyata Alloh mendidik saya dengan cara lain. Amanah memegang wali kelas pun saya terima, dimana saat itu saya merasa kondisi saya belum siap, lahir dan bathin. Tapi, mau bagaimana lagi, SK pun sudah keluar. Saya tak bisa mengelak.
Hari pertama menjabat sebagai wali kelas terasa amat menyiksa. Meskipun semua teman menjabat tangan dan mengucapkan selamat, tapi jelas hati saya bergulat. Kebingungan yang saya rasakan amat berdampak pada jiwa anak-anak yang saya didik. Kondisi kelas bak pasar, setiap hari ada saja ulah mereka. Hinnga akhirnya saya menyimpulkan bahwa saya menyerah.
Suatu masa, saat saya bertemu seorang sahabat, saya bercerita tentang permasalahan saya dan kondisi anak-anak. "Saya jenuh Mbak, saya bingung menghadapi mereka."
"Sabar ya, itu cuma ujian kecil. Alloh sedang melihat niat dan keistiqomahanmu, sampai sejauh mana bertahan."
"Ya sih Mbak, tapi semakin hari saya semakin dikejar perasaan bersalah karena semua hal yang saya tangani di kelas tak menampakkan hasil yang baik."
"Belum terlihat hasilnya, jika kamu masih setengah hati terhadap mereka. Coba all out di kelas, perhatian, tenaga, pikiran dan hatimu yang terpenting, kasih semua buat mereka."
Saya pun tersenyum kecut mengakhiri diskusi malam itu.
Keesokannya, saya pun mengulang niat saya dengan baik bahwa saya melakukan ini semua karena Alloh ta'ala. Beristighfar sepanjang hidup mengingat niat yang mengatasnamakan selain Dia. Saya coba niatkan untuk mempraktekan nasehat sahabat saya semalam.
Subhanalloh, entah kenapa, hari itu anak-anak menyambut saya di depan pintu kelas, memeluk saya bahkan menggelayuti saya selama saya berdiri menyapa mereka. Saya pun tak kuasa menahan haru.
Sejak hari itu, saya berjanji tak akan setengah hati kepada mereka, karena mereka lah yang membuat para malaikat dan makhluk Alloh bertasbih dan meminta ampunan bagi saya, bagi para pendidik yang apabila mendidik dilakoni dengan ikhlas.
Menuangkan barisan huruf sesuai keseharian yang ku amati adalah caraku belajar memaknai hidup. Hidup harus berakhir pada Nya, sebelum Ia mengakhiri hidup kita...
Lets take a look inside..
Menengok kembali ke dalam diri kita haruslah sering kita lakukan. Mengingat siapa diri kita, untuk apa Alloh menciptakan kita dan akan kemana kita nanti, merupakan pertanyaan simple namun perlu perenungan panjang untuk menjawabnya.
Kini,lihat lah ke dalam hatimu, mungkin selama ini bukan kedua matamu yang buta, melainkan hatimu...
Kini,lihat lah ke dalam hatimu, mungkin selama ini bukan kedua matamu yang buta, melainkan hatimu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar