“Kamu
sudah liat iklan yang baru belum?” isi pesan singkatnya di handphoneku.
“Belum, memangnya iklan tentang
apa?” balasku cepat.
“Itu tentang sayembara mencari istri
hemat! Masa belum liat?” tanyanya menambahkan.
“Iya deh, nanti ku pelototin tivinya
biar aku liat iklannya.” Balasku mengakhiri.
Setelah sms itu berakhir, aku pun
mau tidak mau harus memandangi layar kaca berukuran 14 inch itu, demi melihat
iklan baru yang diberitakan oleh sahabatku tadi. Aku pun mengganti saluran demi
saluran untuk menemukannya. Agak berlebihan mungkin, hanya demi sebuah iklan.
Tapi aku penasaran dibuatnya, dan akhirnya aku melihat iklan itu! Ternyata
iklan sebuah kartu perdana, yang mungkin sangat terkenal di kota-kota besar
sana, bukan untuk dikonsumsi di kota di tengah hutan seperti tempatku merantau
sekarang, karena pasti tidak laku. Ku amati iklannya. Lucu juga, bahkan kreatif
menurutku. Mengaitkan problematika kehidupan dengan slogan dari kartu perdana
tersebut.
Menarik untuk disimak. Seorang pemuda
dari golongan berada duduk di sebuah kursi, kemudian datanglah satu persatu
gadis yang ingin menjadi pendamping hidupnya. Semua gadis itu menyebutkan
kebolehannya, berusaha untuk menarik perhatian sang pemuda dan berharap ia bisa
dipilih olehnya untuk jadi istrinya. Tapi anehnya, sang pemuda pun tak tertarik
dengan semua gadis itu, hingga muncul gadis terakhir yang mengatakan dirinya
hemat. Dan pemuda itu pun langsung meminangnya.
Sekilas tampak lucu, menggelitik,
dan logis menurutku. Sah-sah saja saat semua kaum adam, memilih pasangan
hidupnya, tentu mempunyai harapan kelak istrinya nanti adalah seorang yang
hemat dalam mengatur urusan rumah tangganya. Tidak boros dalam segala hal.
Tidak bermewah-mewahan dalam memakai harta suami atau miliknya sendiri. Hemat
dalam artian sesuai kemampuan, bukan pula berarti pelit apalagi perhitungan.
Para suami itu akan sangat bangga
dan semakin sayang kepada istrinya jika sang istri bisa menjaga dan merawat
harta benda yang dibelikan suaminya untuknya. Seperti peralatan elektronik,
pakaian dan sebagainya. Tapi akan berlaku sebaliknya, sedih apabila sang istri
menjadi makhluk yang boros, tak bisa merawat harta benda suaminya dengan baik.
Astaghfirulloh. Semoga kelak kita
yang telah berstatus sebagai seorang istri ataupun akan menjadi seorang istri
bisa banyak mentauladani sikap hemat putrid Rasulullah SAW yakni Fatimah. Yang
dengan sahajanya mengerjakan semua keperluan rumah tangganya dengan kedua
tangannya saja. Dan semoga Allah SWT mengampuni setiap kekhilafan dan kealpaan
kita. Amin.
Wallohu ‘alam bishowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar