Lets take a look inside..

Menengok kembali ke dalam diri kita haruslah sering kita lakukan. Mengingat siapa diri kita, untuk apa Alloh menciptakan kita dan akan kemana kita nanti, merupakan pertanyaan simple namun perlu perenungan panjang untuk menjawabnya.
Kini,lihat lah ke dalam hatimu, mungkin selama ini bukan kedua matamu yang buta, melainkan hatimu...

Kamis, 09 Juni 2011

Rumus Cinta

“Mba, aku terlalu lebay nggak sih, setiap saat aku memikirkan jika aku menikah dengan dia, apakah nanti dia bisa membuatku jatuh cinta padanya?” isi smsnya padaku.
Cepat ku balas, “Tenang saja Non, semua itu sudah ada rumusnya, insya Alloh jika sudah tiba waktunya kamu akan tahu jawabannya.”
“Iya sih Mba. Makasih ya Mba.” Balasnya kemudian.
Lain lagi pertanyaan yang pernah dilontarkan oleh sepupuku dan juga para tanteku yang kala itu merasa aneh dengan hubungan teraat singkatku dengan seorang lelaki yang dijodohkan temanku dan kini lelaki itu menjadi suamiku. “Teh, nggak takut langsung nikah dengan orang yang nggak dikenal?”
“Nggak. Kan udah kenal lewat biodatanya.” Jawabku mantap.
“Masa percaya aja sama biodata, sifat, watak, kebiasaan lainnya gimana?” Sambung tanteku.
Aku pun tersenyum. “Tenang saja te, Alloh itu sudah ngasih rumusnya,aku tinggal menjalaninya. Insya Alloh nggak akan salah pilih.”
***
Bagi sebagian orang, menikah tanpa pacaran terlebih dahulu adalah hal yang wajar bahkan dikatakan wajib. Dengan alasan agar mengenal satu sama lainnya. Mendalami karakter, sifat dan akhlaknya. Termasuk juga aku, dulu aku adalah orang yang percaya jika menikah dengan pacar kita maka hubungan kita kelak akan rukun dan tentram.
Tapi hal itu tidak dibenarkan dalam Islam. Islam melarang mendekati zina. Dan dalam pandangan Islam, berpacaran itu sudah termasuk zina, bukan mendekati lagi. Bagaimana tidak, saat pacaran kita melakukan pergi berduaan, pegang tangan, rangkulan, dan banyak aktifitas lain yang menjurus ke arah kemaksiatan. Belum lagi isi sms mesra dan kata-kata rayuan gombal di telepon. Memang benar raga kita tak bertemu tapi hati, angan-angan dan pikiran akan terus melayang dan dibuai keindahan sesaat tentang pacar kita. Dan Alloh sangat cemburu saat melihat hambaNya menduakanNya. Itu pun termasuk zina hati, pikiran. Dikatakan zina karena pasangan yang kita sebut “pacar” adalah orang yang belum sah untuk kita miliki, meskipun sudah tunangan.
Lihat bagaimana Islam mengajarkan hubungan antar lawan jenis. Islam sangat memuliakan wanita. Saking mulianya, Islam mengharamkan menampakan sebagian anggota tubuh wanita di hadapan non muhrim mereka kecuali wajah dan telapak tangan. Agar mereka aman dari gangguan para lelaki iseng. Dan ketika seseorang sudah dikatakan siap menikah, maka ia cukup mengatakan pada kedua orangtuanya agar dicarikan, atau sekarang bagi para aktifis dakwah bisa menyampaikan pada para Murobbi mereka. Setelah ada pria yang siap pula untuk menikah, maka kita berdua akan dipertemukan untuk saling ta’aruf. Perkenalan di sini tidak dilakukan berdua saja tapi juga ditemani oleh wakil dari masing-masing pihak yang amanah dan bisa menjaga kerahasiaan proses ini. Di situ kita bisa saling bertanya tentang sifat, kebiasaan, karakter, hobi, hal yang disukai dan tidak disukai, misi visi pernikahan, keluarganya, riwayat kesehatannya, pekerjaan dari calon pasangan kita. Lengkap kan? Hanya butuh 1 hari. Dan dijamin jawabannya nanti adalah jawaban yang jujur, tidak direkayasa.
Setelah puas bertanya, akan disepakati juga apakah akan diteruskan ke tahap khitbah (melamar) atau hanya sampai perkenalan saja. Kedua belah pihak pun harus langsung menjawab di tempat, agar tidak digangguu oleh pikiran setan. Jika sama-sama cocok, maka proses berikutnya adalah melamar. Waktu yang disepakati pun tergantung kesiapan dari masing-masing. Saya sendiri prosenya sekitar 1 bulan saja. Setelah dilamar, kita masih tetap diharamkan untuk bertemu, berkirim sms apalagi saling telepon. Karena setan masih punya seribu tipu daya untuk menjerumuskan kita ke jalannya. Perbanyak istighfar. Agar Alloh membantu semua urusan kita untuk melangkah ke tujuan pernikahan.
Setelah menikah, barulah kita bisa merasakan jawaban dari rumus yang Alloh berikan, “menikah dulu baru timbul rasa cinta dan sayang.” Benarkah demikian? Silahkan buktikan setelah menikah. “ Dan diantara tanda-tanda (kebesaran) Nya adalah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan diantara kamu rasa kasih saying. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran) Alloh bagi kaum yang berfikir” QS. Ar Rum : 21

 Wallohu alam bishowab.


Sahabatku adalah Aku...

“Mba, mba merasa nggak kalau akhir-akhir ini aku berubah?” Tanya sahabatku serius.
            “Masa sih, kok aku nggak merasakannya ya.” Jawabku cuek.
            “Iya mba, aku pun nggak tau kenapa aku akhir-akhir ini merasa menjadi lebih kasar. Ucapanku, tingkah lakuku. Ah, seperti bukan diriku. Masa mba nggak ngerasa sih?” tanyanya lagi dengan nada keheranan.
            Aku tersenyum. “Ya, mungkin aku kurang peka dengan perubahan yang terjadi pada dirimu. Maaf ya.” Kami pun terdiam. Kembali menekuni aktifitas masing-masing.
            Tergelitik rasanya ingin mengetahui apa yang menyebabkan sahabatku itu berubah menjadi “kasar” seperti yang ia ungkapkan beberapa waktu lalu. Akhirnya aku pun diam-diam mengamati tingkah lakunya.
            “Kini aku tahu penyebab kenapa kamu berubah.” Ucapku tiba-tiba di suatu sore.
            “Kenapa Mba?” ia balik bertanya. Ia yang sedari tadi tengah asyik membaca mushaf Al Qur’an merah marun itu kini mengangkat wajahnya dan menatapku.
            “Mungkin faktor penyebabnya adalah teman-temanmu. Terus terang, beberapa hari ini aku mengamati tingkah lakumu, tapi aku pun diam-diam mengamati siapa saja teman-temanmu, kepada siapa saja kamu berinteraksi, karena merekalah orang terdekat yang ada di sekitarmu.” Jelasku bersemangat.
            Ia pun akhirnya menutup mushafnya dan kembali bertanya “Begitukah menurut pengamatan Mba?”
            “Iya itu kan pendapatku. Karena aku pernah mendengar sebuah ungkapan, jika kau ingin tahu seperti apa perangainya maka lihatlah siapa sahabatnya. Jika ia berteman dengan penjual minyak wangi, maka ia akan terbawa harum. Begitu pula sebaiknya, jika ia berteman dengan penjual minyak tanah, maka ia akan terbawa baunya.” Terangku.
            “Apa yang Mba sampaikan tadi benar. Aku akhir-akhir ini merasa berubah menjadi kasar karena aku sering mendengar para sahabatku mengatakan kata-kata yang kasar, bercanda mereka kasar, tak mencerminkan sikap seorang muslim yang baik. Mereka pun sedikit sekali yang mengingat Alloh. Parahnya, aku ada dalam bagian itu. Aku menjadi terbawa seperti mereka Mba. Astaghfirulloh.” Akunya dengan penuh penyesalan.
*     *    *
            Terkadang tanpa kita sadari, tingkah laku kita bisa berubah ke luar jalur dari yang kita harapkan bisa diakibatkan oleh seorang sahabat. Mereka bisa memberikan manfaat ataupun sebaliknya. Memilih sahabat dalam keseharian kita sangatlah penting. Seorang sahabat itu hendaknya selalu membawa kita untuk lebih mendekati Alloh. Kita pun sebagai sahabatnya senantiasa menjadi cermin bagi orang lain yang berada dekat dengan kita. Karena bisa jadi, sahabat kita sedang diamatai geraknya oleh orang lain. Bukankah indah apabila seorang sahabat saling menjaga, menasehati dan mengingatkan dalam kebaikan?
            Teringat lirik lagu yang disenandungkan oleh Opick, berkumpul lah dengan orang-orang sholih. Ya, saat berkumpul dengan orang sholih tadi insya Alloh bisa menjadi obat hati bagi kita semua. Karena bahagia bila memiliki sahabat yang mengajak kita untuk lebih mendekati Alloh, bukan sebaliknya.
            Semoga kita bisa lebih selektif dalam bergaul. Karena kelak semua perbuatan kita itu akan diminta pertanggung jawabannya oleh Alloh. Semoga kita pun bisa menjadi cermin bagi sahabat kita. Terus memperbaiki kualitas keimanan kita, agar orang-orang di sekitar kita bisa terbawa harum karena akhlakul karimah kita, insya Alloh.
            Wallohu’alam bishowab.


           

Empat kasih sayangNya

Dalam sebuah kisah diceritakan, ada seorang hamba yang sangat taat dalam beribadah, rajin serta istiqomah dalam meminta pertolongan pada Alloh, bahkan ketika berdoa pun ia tidak pernah mengganti doanya, doanya selalu sama dari hari ke hari. Kemudian malaikat bertanya, “Ya Alloh, mengapa Engkau tidak mengabulkan doa hambaMu itu ?” Alloh menjawab “karena aku suka sekali mendengar doa-doa nya yang indah, tutur bahasanya yang cantik, rintihannya yang syahdu ketika memohon pada Ku, jika Aku kabulkan permohonannya maka hamba Ku tidak akan berdoa lagi pada Ku, Aku ingin mendengar doanya lebih lama lagi….”

Terkadang tanpa pernah kita sadari, kita merasakan jenuh dan bosan jika harus terus menerus berdoa, memohon dan meminta kepada Alloh untuk semua urusan kita, namun kita pun tak pernah menyadari bahwa ada kasih sayang Alloh yang begitu besar untuk kita. Tak pernah Alloh luput menjaga kita, mengawasi kita, bahkan tak pernah Alloh melalaikan kita sedikit pun apalagi sampai melupakan kita. Hanya saja cara Alloh yang berbeda saat menyayangi hambaNya. Seperti firmanNya :
“ Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Alloh. Sungguh, Alloh Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”  Qs. Al Hasyr 18.
Kita lah sebagai manusia yang selalu merasa kurang, tanpa pernah merasa bersyukur atas apa yang Alloh berikan, bahkan lupa pada Alloh adalah kelalaian terbesar kita yang sudah biasa kita lakukan. Astaghfirulloh..Bagaimana jika justru sebaliknya ? Alloh lah yang ingin melupakan kita barang sejenak, seumpamanya Alloh tidak memberikan nafas saat kita bangun selama seperkian detik, atau mungkin tak ada oksigen di dunia ini karena Alloh lupa pada hambaNya. Tentu rasanya tak berani membayangkannya apa yang terjadi dengan diri kita.
Begitu banyak waktu yang kita pakai untuk memenuhi tuntutan dunia, tapi bagaimana dengan kewajiban penghambaan kita pada Alloh ? Bukankah jin dan manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Alloh saja ? rasanya tak pantas jika mengukur diri kita dan kemudian dibandingkan dengan semua kenikmatanNya yang diberikan cuma-cuma.
Dan Alloh kembali berfirman :
“ Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Alloh, sehingga Alloh menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik “  Qs Al Hasyr 19.

Hidup memang sebentar, dunia memang hanya dermaga sementara, sesungguhnya tempat berlabuhnya bahtera bernama kehidupan adalah di akhirat kelak. Surga lah yang selalu ada dalam benak kita, namun tak jarang panasnya neraka membuat bulu kuduk kita merinding juga. Hidup penuh pilihan, suka atau tidak suka, surga atau neraka, baik atau buruk. Dua mata koin yang selalu terikat dan terkait, tak terpisahkan. Mengumpulkan pundi-pundi amal ibadah yang berserakan adalah kewajiban kita, sebelum kita pulang ke sisiNya. Dalam janjiNya Alloh berfirman :
“ Tak sama para penghuni neraka dengan para penghuni surga ; para penghuni surga itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan “  Qs Al Hasyr 20.

Lalu kita bertanya, mengapa untuk menempuh jalan menuju surga penuh onak dan duri, penuh kerikil, penuh ujian dan cobaan ? Mengapa Alloh tak memberikan jalan lurus bebas hambatan ? Bahkan terkadang kita berujar “untuk menjadi orang baik itu sulit jalannya” namun tidak dengan jalan menuju neraka. Semua terasa indah di permukaan, semua kemewahan dan kenikmatan semu siap menggoda kita.
Ternyata Alloh memberikan itu semua di atas pundak kita, memenuhi isi kepala kita karena Alloh Maha tau, bahwa kita lah sebagai manusia yang sanggup memikulnya. Bagaimana dengan ciptaan Alloh yang lainnya ? Dan lagi-lagi jawabannya karena hanya manusia yang mampu mengembannya, bahkan gunung besar menjulang tinggi nan kokoh pun tak sanggup memikulnya. Dikatakan dalam firmanNya :
“ Sekiranya Kami turunkan Al Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Alloh. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir “  Qs Al Hasyr 21.



Manusia mampu berpikir, tak mungkin selamanya dia akan berada dalam lembaran hitam, dan manusia pasti akan berpikir bagaimana caranya menambah bekal amal untuk kepulangannya kelak. Tapi tidak dengan makhluk ciptaan Alloh yang lain, mereka diciptakan hanya untuk menyembah Alloh, memuji dan mengagungkan asmaNya. Lihat sang surya yang tidak pernah mengeluh untuk terus terbit dari timur, bayangkan seekor cicak yang tak pernah protes karena hanya bisa memakan serangga-serangga kecil saja. Itu semua lah yang membuat manusia berbeda dengan ciptaan Alloh lainnya. Dan sekali lagi Alloh Maha tau apa yang tepat untuk kita jalani.

Kini, masihkah kita berani melupakan Alloh ?

Turn to Alloh
HE’s never far away
Put your trust in HIM
Raise your hands and pray
”Ooo… Ya Alloh…
Guide my steps don’t let me go astray
You’re the only one that showed me the way…”


Dipaksa Berinfak!

            Pagi itu aku sedikit cemas menunggu suamiku datang menjemputku. Setiap kulirik handphoneku , aku pun semakin cemas dibuatnya. Pagi ini aku mendapat tugas mengawas di sekolah lain yang sedang Ujian Sekolah. Otomatis aku pun harus berangkat lebih awal dari jadwal yang telah dibuat. Tiba-tiba hpku berdering,”Waalaikumsalam, ada di mana?” tanyaku cepat.
            “Maaf sayang, kunci motornya hilang. Masih dicari nih, sabar ya.” Jawab suara di seberang sana dengan nada mengiba.
            “Astaghfirulloh, kirain ada apa-apa, ya sudah nggak apa-apa ditunggu.” Lanjutku lagi.
            Rupanya kunci motor suamiku hilang, entah tercecer atau jatuh, beliau sendiri tak mampu mengingatnya dengan baik. Tapi akhirnya beliau pun pulang ke rumah dan siap mengantarkanku ke tempat tujuan meski harus meminjam motor sahabatnya.
            “Maaf ya sayang, belum ketemu sampai sekarang.” Kata suamiku meyakinkan.
            “Iya nanti mungkin ketemu, insya Alloh.” Jawabku menenangkan.
            Sesampainya di sekolah yang kutuju, pikiranku tetap melayang pada sosok suamiku yang sedang gelisah mencari kunci motornya. Membayangkan wajah gelisahnya saja sudah membuatku tidak konsentrasi saat mengawas. Saat jam istirahat tiba, aku pun bergegas meneleponnya dan menanyakan perihal kunci tersebut. Tetapi nihil. Belum juga ditemukan. Aku pun menyarankan agar segera dibawa ke bengkel untuk ganti dengan kunci yang baru. Tak berapa lama, suamiku mengabarkan kuncinya sudah berhasil diganti dan Alhamdulillah motornya sudah bisa dikendarai lagi seperti biasa.
             Pulang sekolah, aku pun izin pada suamiku untuk ditemani mampir ke sebuah radio menemui sahabatku untuk memberikan majalah pesanannya. Di sana kami ngobrol beberapa saat, hingga sampailah cerita kami yang sedang kehilangan kunci motor sejak tadi pagi. Tiba-tiba sahabatku berdiri dan masuk ke ruang siaran untuk mengambil sesuatu, kemudian ia berkata,”yang ini bukan Mba kuncinya?”
            “Masya Alloh, ketemu dimana pak?kok bisa masuk radio?” tanyaku heran.
            “Tadi saat sholat subuh mungkin Kang Mujahidin menjatuhkannya tanpa sadar, lalu diambil dan diamankan oleh teman saya yang tinggal di mess bawah Mba.” Jelasnya.          
            Aku dan suamiku hanya bisa saling berpandangan dan semenit kemudian kami tersenyum. Antara senyum bahagia, heran bercampur kesal yang tadi pagi. “Berarti sekarang senang dong karena kuncinya sudah ketemu.” Tanya sahabatku lagi.
            “Seneng pak, tapi suamiku ini sudah terlanjur  ke bengkel dan sudah mengganti kuncinya dengan kunci yang baru, satu set lagi!” jelasku bersemangat.
            “Oh!” ucapnya kaget.  Kali ini gantian sahabatku yang bengong.
                                                                       *    *   *
            Tanpa sadar kami sebenarnya sedang diperingatkan oleh Alloh. Betapa cintaNya Alloh pada kami berdua. Ketika kami diberi peringatan melalui kejadian ini, kami pun segera memujiNya. Mungkin kami lah yang kurang bersedekah, jarang berinfak sehingga Alloh menegur kami. Jika kunci itu segera ditemukan mungkin kami tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun, dipaksakan, karena jika tidak dipaksa maka tidak akan terbiasa, jika sudah terbiasa akan ringan dirasa. Begitu pula untuk infak dan sedekah. Kami mengambil pelajaran dari kejadian ini, paling tidak akan merutinkan infak atau sedekah dari yang paling mudah.
            Ya Rabb, terimakasih atas kasih sayangMu pada kami. Yang masih selalu lalai dan lupa untuk menunaikan kewajiban kami di atas syariatMu. Ampunilah kami Ya Alloh, untuk setiap helaan nafas yang menyimpan dosa di dalamnya. Hanya kepadaMu lah tempat kami kembali. Amin.
            Wallohu’alam bishowab.
tapi karena kehendak Alloh juga yang menyimpan kunci itu, kami pun terpaksa mengeluarkan uang untuk membeli kunci yang baru.
            Ternyata, berbuat kebaikan itu awalnya sesekali perlu dipaksakan. Contohnya seperti saat kita ingin bangun disepertiga malam untuk sholat tahajud. Awalnya sangat berat dan harus