Lets take a look inside..

Menengok kembali ke dalam diri kita haruslah sering kita lakukan. Mengingat siapa diri kita, untuk apa Alloh menciptakan kita dan akan kemana kita nanti, merupakan pertanyaan simple namun perlu perenungan panjang untuk menjawabnya.
Kini,lihat lah ke dalam hatimu, mungkin selama ini bukan kedua matamu yang buta, melainkan hatimu...

Selasa, 21 Desember 2010

Honey moon???? hem.........kayanya setiap pasutri yang baru menikah pasti akan merencanakan bulan madu mereka mau kemana. Banyak versi yang kutemui ketika aku mendengar kisah honey moon mereka. Aku pun boleh dong sedikit berbagi tentang honey moon ku kemarin..ehem..ehem..

Kalau orang honey moon ke luar negeri, ke Bali, kota-kota di Eropa mungkin atau apalah gaya mereka, tapi aku berdua suami merayakan hooney moon ku ke sebuah desa kecil bernama Cililin tepatnya di kota Bandung namun sudah masuk Kabupatennya bukan kotanya. Yah, betul Bandung adalah Paris van Java, begitu orang menyebutnya. Emmmmm tapi jujur aku tidak pernah jatuh cinta dengan kota itu. Hehehe..karena suami berasal dari sana, maka kini aku bisa mengatakan I Love Bandung. Huuuuu narsis yah?

Yah sehari setelah walimah, aku pergi ke Bandung. Ke rumah mertuaku, hem ini adalah kunjungan perdanaku untuk mengenalkan diri dengan keluarga besarnya. Pagi itu aku berangkat naik travel, dapat kursi belakang dan hanya berdua dengan suamiku.
Aduuuh rasanya campur aduk, anatara senang, bingung, grogi yah semuanya deh. Maklum kami sama-sama masih harus melakukan taaruf pribadi agar bisa ngobrol. Asli keringet dingin!!!

"Neng duduknya di ujung yah?" itulah kalimat pembuka yang diucapkan suamiku. Aku hanya mengangguk. "Kalau jalan jauh suka mabuk gak?" dia bertanya lagi. "Alhamdulillah gak A" jawabku. Yah hanya sebatas itu kami membuka percakapan, masih canggung walaupun kami sudah sah. Hehehe...
Ketika travel berhenti di sebuah rumah makan, aku baru memberanikan diri untuk berbicara duluan. "Aa mau makn siang sama apa?" tanyaku cepat, dia tersenyum dan balik bertanya " Neng maunya apa? Aa mah ngikut aja deh..." Subhanalloh, dia ternyata lebih mendahulukan keinginanku daripada keinginannya, akhirnya kami memeilih Bakso sebagai menu makan siang kami. Setelah selesai kami pun sholat zuhur bersma.

Waaaah rasanya bunga-bunga di mana-mana....;) ternyat begini indahnya...aku menganggap inilah bulan maduku, sebuah perjalanan yang bisa mendekatkan dua hati. Suit..suit..merah muka ku rasanya kalau ingat hal itu.
Lalu kami melanjutkan perjalanan kembali hingga sampai di rumah mertua kira-kira pukul 4 sore.

Mertua ku adalah pemilik sebuah pondok pesantren bernama ARAFAH di Cililin, aku senang bisa ke sana. Secara aku belum pernah sama sekali masuk ke dunia per pesantrenan. Hahaha..kuno memang, tapi aku begitu menikmati suasanaya, ketika semua orang menyapa dan bersalaman dengan kami, karena suamiku anak pemilik pesantren sehingga "agak sedikit terkenal" begitulah katanya.
Malu banget ketika semua orang bilang "Jadi ieu istrina Muh teh, eleuh-eleuh geulis pisan Muh?syukur atuh sing rukun-rukun nya" (Jadi ini istrinya Muh itu? aduh cantik ya, alhmdulillah mudah-mudahan rukun selalu). Aku hanya mengamini.

Ketika pertama kali bertemu Bapak mertua pun aku disambut hangat, karena saat walimah kami Bapak tidak hadir. Ah senang rasanya..seperti di rumah sendiri. Karena memang suasana keakraban dan kehangatan menyambut kami, sehingga aku tak perlu waktu lama untuk beradaptasi. Trimakasih Alloh yang telah memberikan aku keluarga baru yang penuh kehangatn.

Keesokannya setelah sholat subuh, Aa mengajakku untuk berkeliling komplek pesantren. Subhanalloh...indaaaaaaaaaaaah banget pemandangannya. Aku pun tak mau kehilangan kesempatan untuk mengambil foto-foto yang bagus. "Neng kita jalan lebih jauh yuk!" tawarnya. Aku bertanya "Kita mau ke mana A?" Dia hanya tersenyum, semakin membuat aku penasaran.
"Kita harus pake sepatu, bawa bekal terutama air, permen dan cemilan. Karena di sana gak ada yang jualan, nanti kalau Neng laper, Aa bingung..." begitulah penjelasannya. Aku semakin penasaran, tapi aku tidak berkomentar hanya menuruti semua perintahnya. Setelah pamit kepada Bapak dan Mamah, kami memulai petualangan kami berdua..
"Kita sebenernya mau kemana sih A?" tanyaku sedikit merajuk. "Udah ikut aja tar juga tau" dia menjawab dengan senyum penuh misteri. Sepanjang jalan yang kami lewati, aku hanya mengamati keadaan sekeliling, sambil sesekali bercanda atau bahkan bercerita tentang apa pun. Aa ternyata tipe pendengar setia dan aku tipe orang yang senang bercerita. Tapi tak jarang Aa pun memberi masukan serta nasehat-nasehatnya.
Kami melewati perkampungan yang ramai dengan anak-anak sekolah, maklum lah ketika kami berpetualang, belum libur melainkan masih hari aktif. Jadi semua orang sibuk dengan aktifitas masing-masing. Kami bergandengan tangan, terkadang membuat orang yang melihat jadi iri dan tersenyum-senyum. Hihihi...aku pun malu. "Kita mau ke gunung putri Neng" katanya, "gunung putri?? jauh kah A? emang di sana ada apa?" tanyaku penasaran. "Udah ikut aja, tapi Neng harus tahan capek yaa karena lumayan jauh" terangnya. "iya A, insya Alloh kuat asal ada Aa" jelasku. "wah jadi enak nih" jawabnya malu-malu.

Akhirnya perkampungan penduduk pun sudah habis, kini kami melewati jalan setapak yang licin dan becek. Ya semalam habis diguyur hujan besar jadi tanahnya pun licin, apalagi jenis tanah merah seperti tanah lempung yang begini. Harus extra hati-hati memilih jalannya. Suamiku jalan di depanku, aku pun memegang tangannya erat, aku takut jatuh atau terpeleset. Tapi aku tidak menemukan rasa itu di wajah Aa. Aku merasa dia sudah cekatan dan lihai sekali bahkan menguasai medan. "Aa gak takut?" tanyaku. "Takut mah sama Alloh Neng..ini kan tanah kelahiran Aa jadi udah hapal seluk beluknya, kenapa Neng gak percaya ya sama Aa??" tanyanya. "Iya deeeeeeh Neng percaya ma Aa, kan sekarang Aa udah jadi qawwamnya Eneng, jadi makmum mah ngikut aja sama imamnya" candaku. Dia tersipu malu sambil mengelus kepalaku.

Setelah berjalan hampir 1jam lamanya, akhirnya kami tiba di sebuah perbukitan yang terdiri dari banyak gunubga-gunung kecil. Subhanalloh....hanya sempat terdiam dan memuja keagungan Illahi Rabbi.."Ayo Neng tutup matanya, terus rasakan angin sejuk di sini" begitu perintah Aa. Akhirnya kami memejamkan mata sambil merentangkan kedua tangan seperti berusaha memeluk angin, merasakan begitu sejuk dan dinginnya hawa di pagi itu serta angin yang membelai pipi kami. Udara pagi begitu lembut menyapa kami. Sejenak kami terlena, melupakan segala penat aktifitas kami, kami terhanyut..kami sadar Alloh sedang menjamu dan memenjakan kami berdua...aku tidak ingin membuka mata kalau tidak terusik dengan sebuah ciuman hangat di pipi yang diberikan suamiku. "I love you.." katanya sambil berlalu, meninggalkan aku yang merah padam dan diam terpaku.

Kami benar-benar tak mau melewatkan pemandangan yang indah di sekitar kami, kami tak lupa membawa kamera. Banyak view yang cantik, yang sayang jika tidak di abadikan. Bahkan Aa sempat mengambil gambar bukit yang dari jauh bentuk permukaannya seperti wajah gorila. Subhanalloh ternyat memang mirip, aku hampir tak percaya. Tapi itu ada..Aa pun mengajak aku berkeliling ke gunung Heeng yang ketika kita menempelkan pipi ke dindinga gunungnya maka akan terdengar suara seperti air yang mendidih, bergolak panas seakan ingin dimuntahkan, aku takut tapi Aa bilang, "coba dengarkan..ini kekuasaan Alloh yang kecil yang ditampakkan pada manusia" Aku merinding sesaat, aku mersa begitu kerdil di bawah kaki gunung tersebut.

Setelah puas berkeliling di gunung, aku diajak turun ke sungai. Waaaaaah airnya dingin, berwarna jernih terus alirannya deras jadi harus hati-hati karena batunya licin. Tapi ini pertama kalinya aku turun ke sungai sejak aku duduk di bangku SMU, dulu suka main di sungai setiap aku mudik ke rumah nenek dari pihak ibu. Kini aku merasakan kebahagiaan bermain air seperti dulu namun bersama belahan jiwaku....
Aku terjatuh 1x saat tanganku terlepas dari genggamannya, aku pun mengaduh. Terlihat Aa begitu kaget dan cemas serta merasa bersalah. "Neng gak papa kok A, kurang hati-hati aja jadi wae jatuh" terangku agar ia tenang. "Alhamdulillah.." jawabnya sambil mengelus dada.
Kami membuka bekal kami di atas sebuah batu besar, dari situ bisa melihat dengan jelas alam sekeliling kami, walaupun bekal seadanya tapi terasa begitu nikmat jika dinikmati penuh rasa syukur. Sambil bercerita, kami menghabiskan bekal itu seraya mengumpulkan tenaga untuk kembali pulang.

Gerimis perlahan turun, kami pun bergegas meninggalkan tempat penuh kenangan bagi kami. Kami kembali menelusuri jalan yang kami lewati tadi, seraya berdoa semoga kami bisa kembali ke tempat itu tidak hanya berdua..mungkin dengan para mujahidulloh kecil kami. Amiiin. Penuh doa dan harapan juga untuk keluarga baru kami, agar senantiasa Alloh ridho atas semua ibadah kami dan membuat kami saling mencintai serta mencintai Alloh di atas segalanya. Amiiin...Tepat jam 10 kami pergi dari gunung putri.



mengumpulkanmemoryyangterserak...
(THE END...)

Mom, you're my inspiration...

Ibu, satu kata yang semua orang akan langsung setuju bila mendengarnya maka akan bergetarlah hati kita, bila dengan mengingatnya maka akan terharulah kita dan dengan menatap wajahnya saja maka kita akan tersenyum bak anak kecil yang menemukan mainannya.

Ibu, lebih berjasa daripada seorang pahlawan
Lebih berharga dari limpahan harta
Lebih berarti dari diri sendiri

Bu, seandainya Ibu di samping ku, mungkin aku akan tersungkur di kakimu..memohon ampun atas semua perilaku ku. Tapi jarak dan waktu yang memisahkan kita, tak apa lah, tak jadi masalah bagiku karena dengan kecanggihan teknologi sekarang aku masih tetap merasa dekat denganmu..

Bu, hanya dalam doa kita bertemu, hanya dalam bathin kita saling berkomunikasi, hanya lewat angin kita salaing menyampaikan rindu, dan hanya dengan setiap helaan nafasmu aku selalu di sebut untuk didoakan.

Bu, betapa aku merindumu...
Rindu memeluk mu hingga di hari Ibu kemarin aku tak sampai hati untuk meneleponmu, takut air mata ku tumpah, padahal hanya kirim sms saja sudah sesak dada ku ini ingin segera berlari pulang..

Betapa dulu, ketika aku jatuh, down dan sedang hilang arah,aku cukup mengangkat telepon dan mendengar suara paruh baya mu. Meng amin kan semua doa yang terucap dan menjadi mana di telingamu..

"Happy Mother's Day"
Ibu...kaulah inspirasiku...
Semoga Alloh menjagamu hingga kit berjumpa di syurga nya kelak..
Amin...



(Ruanghatisepanjanghayat)

How do you feel ???

Pernahkah anda dihujani pertanyaan  "kapan nich mengakhiri masa lajang?" atau mungkin pertanyaan seperti ini..."udah hamil belum?", "kapan tambah momongan?" dan bla bla bla. Saya yakin anda semua pasti pernah mendapatkannya.
Kini saya yang berbalik bertanya pada anda, "pernahkah anda memikirkan perasaan orang yang ditanya demikian?", "pernahkah memperhatikan gejolak psikis dari orang yang anda tanya?" Nah, kalau ini saya pun yakin anda tidak akan pernah mau tahu bagaimana rasanya dan mungkin bisa jadi anda melupakannya.

Seperti yang terjadi pada saya. Sore itu seperti biasa saya dan teman-teman yang lain berkumpul dalam sebuah agenda rutin, karena saya bertugas menjadi MC maka saya pun bertanya kepada teman-teman saya satu persatu. Kali ini giliran AF, sebut saja begitu. Meski kami tinggal satu kota namun karena kesibuka kami masing-masing, kami hanya bisa bertemu satu pekan sekali, itu pun kalau dia bisa hadir. Sore itu saya bertanya kabar dan pertanyaan basa basi lainnya dan sampai lah pada pertanyaan "gimana nich AF sudah hamil belum?" AF pun sontak menjawab dengan raut muka tak seramah biasanya "Belum mbak". Deg. Saya pun merasa bingung...Astaghfirulloh...saya segera beristighfar sebanyak mungkin, saya telah melakukan kesalahan pikir saya.
Saya pun terdiam. Kemudian teman saya yang lain mengingatkan, "Pertanyaan begitu suka bikin BT ya kan?" AF pun mengangguk. Ya Alloh apa yang telah saya lakukan pada saudara saya, saya telah menyinggung perasaannya, gumam saya dalam hati. "Saya juga dulu gak suka kalau ada yang tanya begitu." Ujar teman saya yang lain. "Iya mbak, memangnya kita menikah itu hanya untuk membuat anak?" kata AF menambahkan. Deg. Ya Rabbi......makin dalam tertunduk saya menyesali pertanyaan yang saya lontarkan tadi.

***

Secara psikologi pertanyaan seperti yang sebutkan di atas memang sangat terdengar tidak nyaman bagi yang ditanya. Saya pun dulu sebelum menikah pernah membaca artikel tentang itu di sebuah majalah yang saya temukan di rumah. Belum tentu orang yang kita tanya demikian merasa senang ketika diberi pertanyaan seperti itu. Mungkin ketika ditanya bisa saja raut muka kita tersenyum saat menjawab namun dalamnya hati orang siapa bisa ditebak? Ada tipikal orang yang cuek ketika ditanya demikian, saking cueknya bahkan menganggap itu pertanyaan yang sudah jadul, tapi saya yakin se cuek-cueknya, pasti lah orang tersebut akan merasa tidak nyaman juga dengan pertanyaan tersebut.
Semoga kita semua bisa saling memahami dengan kondisi saudara-saudara kita yang berbeda satu sama lainnya.

Wallohu 'alam bis showab....

Istriku Bukan Bidadari, Suamiku juga Bukan Malaikat...

Anda telah berkeluarga? Bagaimana pengalaman Anda selama mengarungi bahtera rumah tangga? Semulus dan seindah yang Anda bayangkan dahulu?

Mungkin saja Anda menjawab, “Tidak.”

Akan tetapi, izinkan saya berbeda dengan Anda: “Ya,” bahkan lebih indah daripada yang saya bayangkan sebelumnya.

UNTUK DIBACA SUAMI:
Saudaraku, kehidupan rumah tangga memang penuh dengan dinamika, lika-liku, dan pasang surut. Kadang Anda senang, dan kadang Anda bersedih. Tidak jarang, Anda tersenyum di hadapan pasangan Anda, dan kadang kala Anda cemberut dan bermasam muka.

Bukankah demikian, Saudaraku?

Berbagai tantangan dan tanggung jawab dalam rumah tangga senantiasa menghiasi hari-hari Anda. Semakin lama umur pernikahan Anda, maka semakin berat dan bertambah banyak perjuangan yang harus Anda tunaikan.

Tanggung jawab terhadap putra-putri, pekerjaan, karib kerabat, masyarakat, dan lain sebagainya.

Di antara tanggung jawab yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan Anda ialah tanggung jawab terhadap pasangan hidup Anda.

Sebelum menikah, sah-sah saja Anda sebagai calon suami membayangkan bahwa pasangan hidup Anda cantik rupawan, bangsawan, kaya raya, patuh, pandai mengurus rumah, penyayang, tanggap, sabar, dan berbagai gambaran indah.

Bukankah demikian, Saudaraku?

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

“Biasanya, seorang wanita dinikahi karena empat pertimbangan: harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka, hendaknya engkau lebih memilih wanita yang beragama, niscaya engkau beruntung.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Al-Qurthubi menjelaskan makna hadits ini dengan berkata, “Empat pertimbangan inilah yang biasanya mendorong seorang lelaki untuk menikahi seorang wanita. Dengan demikian, hadits ini sebatas kabar tentang fakta yang terjadi di masyarakat, dan bukan perintah untuk menjadikannya sebagai pertimbangan. Secara tekstual pun, hadits ini menunjukkan bahwa dibolehkan menikahi seorang wanita dengan keempat pertimbangan itu. Akan tetapi, hendaknya pertimbangan agama lebih didahulukan.”

Keterangan al-Qurthubi ini semakna dengan hadits yang diriwayatkan oleh shahabat Abdullah bin Amr al-’Ash radhiyallahu ‘anhu, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَزَوَّجُوا النِّسَاءَ لِحُسْنِهِنَّ فَعَسَى حُسْنُهُنَّ أَنْ يُرْدِيَهُنَّ وَلاَ تَزَوَّجُوهُنَّ لِأَمْوَالِهِنَّ فَعَسَى أَمْوَالُهُنَّ أَنْ تُطْغِيَهُنَّ وَلَكِنْ تَزَوَّجُوهُنَّ عَلَى الدِّينِ وَلَأَمَةٌ خَرْمَاءُ سَوْدَاءُ ذَاتُ دِينٍ أَفْضَلُ

‘Janganlah engkau menikahi wanita hanya karena kecantikan parasnya, karena bisa saja parasnya yang cantik menjadikannya sengsara. Jangan pula engkau menikahinya karena harta kekayaannya, karena bisa saja harta kekayaan yang ia miliki menjadikan lupa daratan. Akan tetapi, hendaklah engkau menikahinya karena pertimbangan agamanya. Sungguh, seorang budak wanita berhidung pesek dan berkulit hitam, tetapi ia patuh beragama, lebih utama dibanding mereka semua." (Hr. Ibnu Majah)

Akan tetapi, sekarang, setelah Anda menikah, terwujudkah seluruh impian dan gambaran yang dahulu terlukis dalam lamunan Anda?

Bila benar-benar seluruh impian Anda terwujud pada pasangan hidup Anda, maka saya turut mengucapkan selamat berbahagia di dunia dan akhirat. Bila tidak, maka tidak perlu berkecil hati atau kecewa.

Saudaraku, besarkan hati Anda, karena nasib serupa tidak hanya menimpa Anda seorang, tetapi juga menimpa kebanyakan umat manusia.

عَنْ أَبِى مُوسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلاَّ آسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وَمَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ

Abu Musa radhiyallahu ‘anhu menuturkan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Banyak lelaki yang berhasil menggapai kesempurnaan, sedangkan tidaklah ada dari wanita yang berhasil menggapainya kecuali Asiyah istri Fir’aun dan Maryam binti Imran. Sesungguhnya, kelebihan Aisyah dibanding wanita lainnya bagaikan kelebihan bubur daging [1] dibanding makanan lainnya.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Saudaraku, berbahagia dan berbanggalah dengan pasangan hidup Anda, karena pasangan hidup Anda adalah wanita terbaik untuk Anda!

Anda tidak percaya? Silakan Anda membuktikannya. Bacalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini, lalu terapkanlah pada istri Anda.

لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ

“Tidak pantas bagi lelaki yang beriman untuk meremehkan wanita yang beriman. Bila ia tidak menyukai satu perangai darinya, pasti ia puas dengan perangainya yang lain.” (Hr. Muslim)

Saudaraku, Anda kecewa karena istri Anda kurang pandai memasak? Tidak perlu khawatir, karena ternyata istri Anda adalah penyayang.

Anda kurang puas dengan istri Anda yang kurang pandai mengurus rumah dan kurang sabar? Tidak usah berkecil hati, karena ia begitu cantik rupawan.

Anda berkecil hati karena istri Anda kurang cantik? Segera besarkan hati Anda, karena ternyata istri Anda subur sehingga Anda mendapatkan karunia keturunan yang shalih dan shalihah. Coba Anda bayangkan, betapa besar penderitaan Anda bila Anda menikahi wanita cantik akan tetapi mandul.

Demikianlah seterusnya.

Tidak etis dan tidak manusiawi bila Anda hanya pandai mengorek kekurangan istri, namun Anda tidak mahir dalam menemukan kelebihan-kelebihannya. Buktikan Saudaraku, bahwa Anda benar-benar seorang suami yang berjiwa besar, sehingga Anda peka dan lihai dalam membaca kelebihan pasangan Anda.

Dahulu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu peka dan mahir dalam membaca segala hal, termasuk suasana hati istrinya. Aisyah mengisahkan,

قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: إِنِّي لَأَعْلَمُ إِذَا كُنْتِ عَنِّي رَاضِيَةً، وَإِذَا كُنْتِ عَلَيَّ غَضْبَى . قَالَتْ: فَقُلْتُ مِنْ أَيْنَ تَعْرِفُ ذَلِكَ، فَقَالَ: أَمَّا إِذَا كُنْتِ عَنِّي رَاضِيَةً فَإِنَّكِ تَقُولِيْنَ لاَ وَرَبِّ مُحَمَّدٍ، وَإِذَا كُنْتِ غَضْبَى قُلْتِ لاَ وَرَبِّ إِبْرَاهِيمَ. قَالَتْ: قُلْتُ أَجَلْ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا أَهْجُرُ إِلاَّ اسْمَكَ

“Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, ‘Sungguh, aku mengetahui bila engkau ridha kepadaku, demikian pula bila engkau sedang marah kepadaku.’ Spontan, Aisyah bertanya, ‘Darimana engkau dapat mengetahui hal itu?’ Rasulullah menjawab, ‘Bila engkau sedang ridha kepadaku, maka ketika engkau bersumpah, engkau berkata, ‘Tidak, demi Tuhan Muhammad. Adapun bila engkau sedang dirundung amarah, maka ketika engkau bersumpah, engkau berkata, ‘Tidak, demi Tuhan Ibrahim.’’ Mendengar penjelasan ini, Aisyah menimpalinya dan berkata, ‘Benar, sungguh demi Allah, wahai Rasulullah, ketika aku marah, tiada yang aku tinggalkan, kecuali namamu saja." (Muttafaqun ‘alaihi)

Demikianlah teladan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau begitu peka dengan suasana hati istrinya, sehingga beliau bisa membaca isi hati istrinya dari ucapan sumpahnya. Walaupun Aisyah berusaha untuk menyembunyikan isi hatinya, tetap bermanis muka, senantiasa berada di sanding Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan berbicara seperti biasa, namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat menebak suasana hatinya dari perubahan cara bersumpahnya. Luar biasa, perhatian, kejelian, dan kepekaan yang tidak ada bandingnya.

Tidak mengherankan, bila beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

(خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي

“Orang terbaik di antara kalian ialah orang yang terbaik dalam memperlakukan istrinya, dan aku adalah orang terbaik di antara kalian dalam memperlakukan istriku.” (Hr. At-Tirmidzi)

Bagaimana dengan Anda, Saudaraku? Dengan apa Anda dapat mengenali dan meraba suasana hati pasangan Anda?

Saudaraku, tidak ada salahnya bila sejenak Anda kembali memutar lamunan dan gambaran tentang istri ideal dan idaman yang pernah singgah dalam benak Anda. Selanjutnya, bandingkan gambaran istri idaman Anda dengan gambaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kaum wanita berikut ini,

الْمَرْأَةُ كَالضِّلَعِ ، إِنْ أَقَمْتَهَا كَسَرْتَهَا، وَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيهَا عِوَجٌ

“Wanita itu bagaikan tulang rusuk. Bila engkau ingin meluruskannya, niscaya engkau menjadikannya patah, dan bila engkau bersenang-senang dengannya, niscaya engkau dapat bersenang-senang dengannya, sedangkan ia adalah bengkok.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Pada riwayat lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَسْتَقِيمُ لَكَ الْمَرْأَةُ عَلَى خَلِيقَةٍ وَاحِدَةٍ وَإِنَّمَا هِيَ كَالضِّلَعُ إِنْ تُقِمْهَا تَكْسِرْهَا وَإِنْ تَتْرُكْهَا تَسْتَمْتِعْ بِهَا وَفِيهَا عِوَجٌ

“Tidak mungkin istrimu kuasa bertahan dalam satu keadaan. Sesungguhnya, wanita itu bak tulang rusuk. Bila engkau ingin meluruskannya, niscaya engkau menjadikannya patah. Adapun bila engkau biarkan begitu saja, maka engkau dapat bersenang-senang dengannya, (tetapi hendaklah engkau ingat) ia adalah bengkok.” (Hr. Ahmad)

Nah, sekarang, silakan Anda mengorek memori Anda tentang wanita pendamping hidup Anda. Temukan berbagai kelebihan padanya, dan selanjutnya tersenyumlah, karena ternyata istri Anda memiliki banyak kelebihan.

Lalu, bila pada suatu hari Anda merasa tergoda oleh kecantikan wanita lain, maka ketahuilah bahwa sesuatu yang dimiliki oleh wanita itu ternyata juga telah dimiliki oleh istri Anda. Maka, bergegaslah untuk membuktikan hal ini pada istri Anda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا رَأَى أَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَأَعْجَبَتْهُ فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ مَعَهَا مِثْلَ الَّذِي مَعَهَا

“Bila engkau melihat seorang wanita, lalu ia memikat hatimu, maka segeralah datangi istrimu! Sesungguhnya, istrimu memiliki seluruh hal yang dimiliki oleh wanita yang engkau lihat itu.” (Hr. At-Tirmidzi)

Demikianlah caranya agar Anda dapat senantiasa puas dan bangga dengan pasangan hidup Anda. Anda selalu dapat merasa bahwa ladang Anda tampak hijau, sehijau ladang tetangga, dan bahkan lebih hijau.

Selamat berbahagia dengan pasangan hidup yang telah Allah karuniakan kepada Anda. Semoga Allah memberkahi bahtera rumah tangga Anda.

UNTUK DIBACA ISTRI:

Sebaliknya, sebagai calon istri, Anda juga berhak untuk mendambakan pasangan hidup yang tampan, gagah, kaya raya, pandai, berkedudukan tinggi, penuh perhatian, setia, penyantun, dermawan, dan lain sebagainya.

Betapa indahnya gambaran rumah tangga Anda, dan betapa istimewanya pasangan hidup Anda, andai gambaran Anda ini dapat terwujud. Bukankah demikian, Saudariku?

Saudariku, setelah Anda menikah, benarkah seluruh kriteria suami ideal yang pernah menghiasi lamunan Anda ini terwujud pada pasangan hidup Anda?

Bila benar terwujud, maka saya ucapkan selamat berbahagia di dunia dan akhirat, dan bila tidak, maka tidak perlu berkecil hati.

Besarkan hatimu, wahai Saudariku! Percayalah, bahwa pada pasangan hidup Anda ternyata terdapat banyak kelebihan.

Bila selama ini, Saudari ciut hati karena suami Anda miskin harta, maka tidak perlu khawatir, karena ia penuh dengan perhatian dan tanggung jawab.

Bila selama ini, Saudari kecewa karena suami Anda ternyata kurang tampan, maka percayalah bahwa ia setia dan bertanggung jawab.

Andai selama ini, Saudari kurang puas karena suami Anda kurang perhatian dengan urusan dalam rumah, tetapi ia begitu membanggakan dalam urusan luar rumah.

Juga, andai selama ini, sikap suami Anda terhadap Anda kurang simpatik, maka tidak perlu hanyut dalam duka dan kekecawaan, karena ia masih punya jasa baik yang tidak ternilai dengan harta. Ternyata, selama ini, suami Anda telah menjaga kehormatan Anda, menjadi penyebab Anda merasakan kebahagiaan menimang putra-putri Anda.

Saudariku, Anda tidak perlu hanyut dalam kekecewaan karena suatu hal yang ada pada diri suami Anda. Betapa banyak kelebihan-kelebihan yang ada padanya. Berbahagia dan nikmatilah kedamaian hidup rumah tangga bersamanya.

Berlarut-larut dalam kekecewaan terhadap suatu perangai suami Anda dapat menghancurkan segala keindahan dalam rumah tangga Anda. Bukan hanya hancur di dunia, bahkan berkelanjutan hingga di akhirat kelak.

Saudariku, simaklah peringatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini. Agar anda dapat menjadikan bahtera rumah tangga Anda seindah dambaan Anda.

أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ، قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ، وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

“Aku diberi kesempatan untuk menengok ke dalam neraka, dan ternyata kebanyakan penghuninya ialah para wanita, akibat ulah mereka yang selalu kufur/ingkar.” Spontan, para shahabat bertanya, “Apakah yang engkau maksud adalah mereka kufur/ingkar kepada Allah?” Beliau menjawab, “Mereka terbiasa ingkar terhadap perilaku baik, dan ingkar terhadap jasa baik. Andai engkau berbuat baik kepada mereka seumur hidupmu, lalu ia mendapatkan suatu hal padamu, niscaya mereka begitu mudah berkata, ‘Aku tidak pernah mendapatkan kebaikan sedikit pun darimu."(Muttafaqun ‘alaihi)

Anda mendambakan kebahagian dalam rumah tangga?

Temukanlah bahwa kebahagian hidup dan berumah tangga terletak pada genggaman tangan suami Anda. Pandai-pandailah membawa diri, sehingga suami Anda rela membentangkan kedua telapak tangannya, dan memberikan kebahagian berumah tangga kepada Anda.

Percayalah Saudariku, suami Anda adalah pasangan terbaik untuk Anda.

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا اُدْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Bila seorang istri telah mendirikan shalat lima waktu, berpuasa bulan Ramadan, menjaga kesucian dirinya, dan taat kepada suaminya, niscaya kelak akan dikatakan kepadanya, ‘Silakan engkau masuk ke surga dari pintu mana pun yang engkau suka." (Hr. Ahmad dan lainnya)

Tidakkah Anda mendambakan termasuk orang-orang mukminah yang mendapatkan kebebasan masuk surga dari pintu yang mana pun?

UNTUK DIBACA SUAMI-ISTRI: Kunci Keberhasilan Rumah Tangga

Saudaraku, mungkin selama ini Anda bersama pasangan hidup Anda, terus berusaha mencari pola rumah tangga yang dapat mendatangkan kebahagiaan untuk Anda berdua.

Anda berhasil menemukannya?

Bila Anda berhasil, maka saya ucapkan selamat berbahagia. Adapun bila belum, maka segera temukan kunci keberhasilan rumah tangga Anda pada firman Allah berikut,

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ

“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi, para suami mempunyai kelebihan satu tingkat daripada istrinya.” (Qs. al-Baqarah: 228)

Hak pasangan Anda setimpal dengan kewajiban yang ia tunaikan kepada Anda. Semakin banyak Anda menuntut hak Anda, maka semakin banyak pula kewajiban yang harus Anda tunaikan untuknya.

Shahabat Abdullah bin ‘Abbas memberikan contoh nyata dari aplikasi ayat ini dalam rumah tangganya. Pada suatu hari, beliau berkata, “Sesungguhnya, aku senang untuk berdandan demi istriku, sebagaimana aku pun senang bila istriku berdandan demiku, karena Allah Ta’ala telah berfirman,

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ

‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.’

Aku pun tidak ingin menuntut seluruh hakku atas istriku, karena Allah juga telah berfirman,

وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ

‘Akan tetapi, para suami mempunyai kelebihan satu tingkat daripada istrinya." (Hr. Ibnu Abi Syaibah dan ath-Thabari)

Bagaimana dengan dirimu, wahai saudara dan saudariku? Kapankah Anda berdandan? Ketika sedang berada di rumah atau ketika hendak keluar rumah? Selama ini, sejatinya, untuk siapa Anda berdandan? Benarkah Anda berdandan untuk pasangan Anda, ataukah Anda berdandan dan tampil menawan untuk orang lain?

Saudaraku, bahu-membahu, saling melengkapi kekurangan, dan saling pengertian adalah salah satu prinsip dasar dalam membangun rumah tangga. Tidak layak bagi Anda untuk berperan sebagai penonton setia ketika pasangan Anda sedang mengerjakan pekerjaannya. Usahakan sebisa Anda untuk turut menyelesaikan pekerjaannya. Demikianlah, dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan dalam rumah tangga beliau.

Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan,

كَانَ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ، فَإِذَا سَمِعَ الأَذَانَ خَرَجَ

“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan sebagian pekerjaan istrinya, dan bila beliau mendengar suara azan dikumandangkan, maka beliau bergegas menuju ke mesjid.” (Hr. Bukhari)

Constance Gager, ketua studi sekaligus asisten profesor di Montclair State University, Montclair, New Jersey, mengadakan penelitian tentang hubungan perilaku suami-istri dengan keromantisan dalam bercinta. Ia mengelompokkan para suami yang menjadi objek penelitiannya ke dalam dua kelompok.

Kelompok pertama adalah suami-suami yang tidak peduli dan jarang membantu pekerjaan istri. Kelompok kedua adalah suami-suami yang sering turut serta dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga istri.

Hasilnya luar biasa! Suami di kelompok kedua, yaitu yang sering membantu pekerjaan istrinya, terbukti lebih romantis dan lebih sering memadu cinta dengan pasangannya. Hubungan yang harmonis dan indah, begitu kental dalam rumah tangga mereka.

Sejatinya, penemuan ini bukanlah hal baru, karena secara logika, suami yang dengan rendah hati membantu pekerjaan istrinya pastilah lebih dicintai oleh istrinya. Tentunya, ini memiliki hubungan erat dengan keromantisan suami-istri dalam bercinta.

Sebaliknya, istri yang peduli dengan pekerjaan suami, pun akan mengalami hal yang sama.

Nah, bagaimana dengan diri Anda, wahai Saudaraku?

Selamat membuktikan resep manjur ini! Semoga berbahagia, dan hubungan Anda berdua semakin romantis dan harmonis.

Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat bagi Anda. Mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan. Wallahu a’lam bish-shawab

Naahhh..gimanaaa...smakin bersyukur ya atas pasangan kita..ALHAMDULILLAH..selamat menikmati cinta dalam Rumah Tangga yg Sakinah Mawaddah Warrahmah..:)