Lets take a look inside..

Menengok kembali ke dalam diri kita haruslah sering kita lakukan. Mengingat siapa diri kita, untuk apa Alloh menciptakan kita dan akan kemana kita nanti, merupakan pertanyaan simple namun perlu perenungan panjang untuk menjawabnya.
Kini,lihat lah ke dalam hatimu, mungkin selama ini bukan kedua matamu yang buta, melainkan hatimu...

Sabtu, 10 September 2011

Do Not Hold In Hand


Meski malam takbiran telah berlalu dan sebagian orang pun telah kembali menjalani katifitasnya, namun cerita yang mengiringi perayaan di malam kemenangan itu tak pernah usang  untuk dikenang. Hampir di setiap tahunnya, selalu ada kisah masing-masing yang turut mewarnai kemeriahan di malam tersebut. Seperti halnya tahun ini, sejak awal Ramadhan aku sudah mempersiapkan hati untuk tidak bersedih di akhir nanti karena aku tidak mudik ke kampung halaman. Dan Alhamdulillah, meski tak mudik tahun ini, tak terasa terlalu menyedihkan untukku.

Seperti halnya kebanyakan orang, malam takbiran kemarin pun aku membujuk suamiku agar mau menemaniku jalan-jalan berkeliling kota melihat keramaian menyambut hari kemenangan. Sedikit bermalas-malasan dia mengantarku, karena memang dia tidak suka berada di tengah keramaian, bermain petasan dan sebagainya, dia lebih memilih di rumah, takbiran ala dirinya sendiri. Tapi aku pun tak kalah semangat merayunya agar mau menemaniku. Sambil melantunkan takbir secara bergantian di atas motor yang kami tumpangi, tanpa terasa mataku memanas. Ternyata kalimat takbir itu benar-benar menggetarkan kalbu, dan membuat ingatanku melayang ke kampung halaman. Membayangkan kehangatan jika berada di antara keluarga besar yang kumpul untuk merayakan Lebaran, sementara kami di perantauan hanya merayakan berdua, menghapus gundah dengan berkeliling kota. Allohu Akbar..Allohu Akbar..Allohu Akbar..makin kuresapi kalimatnya, makin menjadi isak tangisku. Betapa Maha Besarnya Alloh, yang selalu menyiapkan skenario yang tepat untuk para hambaNya.

Setelah puas berkeliling, tiba-tiba suamiku mengajakku untuk mampir di sebuah kios penjual petasan. Aku pun sedikit aneh, tapi juga tak menolak ajakannya. Kami pun berhenti, melihat-lihat betapa banyak dan beragam petasan yang dijual di kios itu. Dari mulai yang termurah hingga yang termahal ada di sana. Masya Alloh, kalau dipikir, mereka yang membeli petasan ini sama halnya dengan membakar uang. Apakah mereka menyadari itu? Termasuk kami. Akhirnya kami membeli petasan seharga 30 ribu rupiah. Petasan yang bisa ditembakkan ke udara dan ketika meledak memancarkan pijaran berwarna warni seperti bintang. Cantik memangtapi saat aku mendengar suara dentumannya, aku merinding sendiri. Mengingat  mungkin beginilah suara bom yang dijatuhkan kaum Yahudi saat membunuh saudaraku di Palestina. Astaghfirulloh. Dan di label kemasannya terdapat tulisan ‘Do Not Hold In Hand’.   
“Tuh A,nggak boleh di pegang, harus ditanam dalam tanah baru dinyalakan.” Ujarku semangat.
“Cara maininnya dipegang bu, bukan ditanam” timpal si penjual.
“Tapi kan tulisannya bukan untuk dipegang Mba.” Sahutku tak mau kalah.
“Iya sudah dipegang atau ditanam yang penting selamat sampai tujuan.” Kelakar suamiku.

Sepanjang perjalanan pulang aku pun mengajukan protes pada suamiku, kenapa tadi bercanda. Padahal aku ingin sekali menerangkan bahwa petasan itu bahaya jika dipegang di tangan, dan larangannya saja sudah sangat jelas terpampang di kemasannya, tapi kenapa penjualnya sendiri tidak tahu dan bisa jadi jika tahu pun tidak mengingatkan kepada pembeli untuk berhati-hati saat menyalakan petasan itu. Ternyata, bahaya yang sering ditimbulkan akibat petasan di malam takbiran itu bukan hanya kelalaian dari para pembelinya saja, tapi juga dari para penjualnya. Lagi-lagi karena minim ilmu dan pengetahuan. Human error yang sangat fatal. Astaghfirulloh.

Akhirnya petasan itu kami bawa pulang, dan kami berikan pada anak-anak yang sedang bermain di halaman rumah. Mereka tampak senang mendapatkan petasan gratis, dengan cepat mereka melesat ke depan gang rumahku untuk menyalakan petasan itu.
*      *     *



(anggota FLP cabang Sengata)