Lets take a look inside..

Menengok kembali ke dalam diri kita haruslah sering kita lakukan. Mengingat siapa diri kita, untuk apa Alloh menciptakan kita dan akan kemana kita nanti, merupakan pertanyaan simple namun perlu perenungan panjang untuk menjawabnya.
Kini,lihat lah ke dalam hatimu, mungkin selama ini bukan kedua matamu yang buta, melainkan hatimu...

Selasa, 21 Desember 2010

Honey moon???? hem.........kayanya setiap pasutri yang baru menikah pasti akan merencanakan bulan madu mereka mau kemana. Banyak versi yang kutemui ketika aku mendengar kisah honey moon mereka. Aku pun boleh dong sedikit berbagi tentang honey moon ku kemarin..ehem..ehem..

Kalau orang honey moon ke luar negeri, ke Bali, kota-kota di Eropa mungkin atau apalah gaya mereka, tapi aku berdua suami merayakan hooney moon ku ke sebuah desa kecil bernama Cililin tepatnya di kota Bandung namun sudah masuk Kabupatennya bukan kotanya. Yah, betul Bandung adalah Paris van Java, begitu orang menyebutnya. Emmmmm tapi jujur aku tidak pernah jatuh cinta dengan kota itu. Hehehe..karena suami berasal dari sana, maka kini aku bisa mengatakan I Love Bandung. Huuuuu narsis yah?

Yah sehari setelah walimah, aku pergi ke Bandung. Ke rumah mertuaku, hem ini adalah kunjungan perdanaku untuk mengenalkan diri dengan keluarga besarnya. Pagi itu aku berangkat naik travel, dapat kursi belakang dan hanya berdua dengan suamiku.
Aduuuh rasanya campur aduk, anatara senang, bingung, grogi yah semuanya deh. Maklum kami sama-sama masih harus melakukan taaruf pribadi agar bisa ngobrol. Asli keringet dingin!!!

"Neng duduknya di ujung yah?" itulah kalimat pembuka yang diucapkan suamiku. Aku hanya mengangguk. "Kalau jalan jauh suka mabuk gak?" dia bertanya lagi. "Alhamdulillah gak A" jawabku. Yah hanya sebatas itu kami membuka percakapan, masih canggung walaupun kami sudah sah. Hehehe...
Ketika travel berhenti di sebuah rumah makan, aku baru memberanikan diri untuk berbicara duluan. "Aa mau makn siang sama apa?" tanyaku cepat, dia tersenyum dan balik bertanya " Neng maunya apa? Aa mah ngikut aja deh..." Subhanalloh, dia ternyata lebih mendahulukan keinginanku daripada keinginannya, akhirnya kami memeilih Bakso sebagai menu makan siang kami. Setelah selesai kami pun sholat zuhur bersma.

Waaaah rasanya bunga-bunga di mana-mana....;) ternyat begini indahnya...aku menganggap inilah bulan maduku, sebuah perjalanan yang bisa mendekatkan dua hati. Suit..suit..merah muka ku rasanya kalau ingat hal itu.
Lalu kami melanjutkan perjalanan kembali hingga sampai di rumah mertua kira-kira pukul 4 sore.

Mertua ku adalah pemilik sebuah pondok pesantren bernama ARAFAH di Cililin, aku senang bisa ke sana. Secara aku belum pernah sama sekali masuk ke dunia per pesantrenan. Hahaha..kuno memang, tapi aku begitu menikmati suasanaya, ketika semua orang menyapa dan bersalaman dengan kami, karena suamiku anak pemilik pesantren sehingga "agak sedikit terkenal" begitulah katanya.
Malu banget ketika semua orang bilang "Jadi ieu istrina Muh teh, eleuh-eleuh geulis pisan Muh?syukur atuh sing rukun-rukun nya" (Jadi ini istrinya Muh itu? aduh cantik ya, alhmdulillah mudah-mudahan rukun selalu). Aku hanya mengamini.

Ketika pertama kali bertemu Bapak mertua pun aku disambut hangat, karena saat walimah kami Bapak tidak hadir. Ah senang rasanya..seperti di rumah sendiri. Karena memang suasana keakraban dan kehangatan menyambut kami, sehingga aku tak perlu waktu lama untuk beradaptasi. Trimakasih Alloh yang telah memberikan aku keluarga baru yang penuh kehangatn.

Keesokannya setelah sholat subuh, Aa mengajakku untuk berkeliling komplek pesantren. Subhanalloh...indaaaaaaaaaaaah banget pemandangannya. Aku pun tak mau kehilangan kesempatan untuk mengambil foto-foto yang bagus. "Neng kita jalan lebih jauh yuk!" tawarnya. Aku bertanya "Kita mau ke mana A?" Dia hanya tersenyum, semakin membuat aku penasaran.
"Kita harus pake sepatu, bawa bekal terutama air, permen dan cemilan. Karena di sana gak ada yang jualan, nanti kalau Neng laper, Aa bingung..." begitulah penjelasannya. Aku semakin penasaran, tapi aku tidak berkomentar hanya menuruti semua perintahnya. Setelah pamit kepada Bapak dan Mamah, kami memulai petualangan kami berdua..
"Kita sebenernya mau kemana sih A?" tanyaku sedikit merajuk. "Udah ikut aja tar juga tau" dia menjawab dengan senyum penuh misteri. Sepanjang jalan yang kami lewati, aku hanya mengamati keadaan sekeliling, sambil sesekali bercanda atau bahkan bercerita tentang apa pun. Aa ternyata tipe pendengar setia dan aku tipe orang yang senang bercerita. Tapi tak jarang Aa pun memberi masukan serta nasehat-nasehatnya.
Kami melewati perkampungan yang ramai dengan anak-anak sekolah, maklum lah ketika kami berpetualang, belum libur melainkan masih hari aktif. Jadi semua orang sibuk dengan aktifitas masing-masing. Kami bergandengan tangan, terkadang membuat orang yang melihat jadi iri dan tersenyum-senyum. Hihihi...aku pun malu. "Kita mau ke gunung putri Neng" katanya, "gunung putri?? jauh kah A? emang di sana ada apa?" tanyaku penasaran. "Udah ikut aja, tapi Neng harus tahan capek yaa karena lumayan jauh" terangnya. "iya A, insya Alloh kuat asal ada Aa" jelasku. "wah jadi enak nih" jawabnya malu-malu.

Akhirnya perkampungan penduduk pun sudah habis, kini kami melewati jalan setapak yang licin dan becek. Ya semalam habis diguyur hujan besar jadi tanahnya pun licin, apalagi jenis tanah merah seperti tanah lempung yang begini. Harus extra hati-hati memilih jalannya. Suamiku jalan di depanku, aku pun memegang tangannya erat, aku takut jatuh atau terpeleset. Tapi aku tidak menemukan rasa itu di wajah Aa. Aku merasa dia sudah cekatan dan lihai sekali bahkan menguasai medan. "Aa gak takut?" tanyaku. "Takut mah sama Alloh Neng..ini kan tanah kelahiran Aa jadi udah hapal seluk beluknya, kenapa Neng gak percaya ya sama Aa??" tanyanya. "Iya deeeeeeh Neng percaya ma Aa, kan sekarang Aa udah jadi qawwamnya Eneng, jadi makmum mah ngikut aja sama imamnya" candaku. Dia tersipu malu sambil mengelus kepalaku.

Setelah berjalan hampir 1jam lamanya, akhirnya kami tiba di sebuah perbukitan yang terdiri dari banyak gunubga-gunung kecil. Subhanalloh....hanya sempat terdiam dan memuja keagungan Illahi Rabbi.."Ayo Neng tutup matanya, terus rasakan angin sejuk di sini" begitu perintah Aa. Akhirnya kami memejamkan mata sambil merentangkan kedua tangan seperti berusaha memeluk angin, merasakan begitu sejuk dan dinginnya hawa di pagi itu serta angin yang membelai pipi kami. Udara pagi begitu lembut menyapa kami. Sejenak kami terlena, melupakan segala penat aktifitas kami, kami terhanyut..kami sadar Alloh sedang menjamu dan memenjakan kami berdua...aku tidak ingin membuka mata kalau tidak terusik dengan sebuah ciuman hangat di pipi yang diberikan suamiku. "I love you.." katanya sambil berlalu, meninggalkan aku yang merah padam dan diam terpaku.

Kami benar-benar tak mau melewatkan pemandangan yang indah di sekitar kami, kami tak lupa membawa kamera. Banyak view yang cantik, yang sayang jika tidak di abadikan. Bahkan Aa sempat mengambil gambar bukit yang dari jauh bentuk permukaannya seperti wajah gorila. Subhanalloh ternyat memang mirip, aku hampir tak percaya. Tapi itu ada..Aa pun mengajak aku berkeliling ke gunung Heeng yang ketika kita menempelkan pipi ke dindinga gunungnya maka akan terdengar suara seperti air yang mendidih, bergolak panas seakan ingin dimuntahkan, aku takut tapi Aa bilang, "coba dengarkan..ini kekuasaan Alloh yang kecil yang ditampakkan pada manusia" Aku merinding sesaat, aku mersa begitu kerdil di bawah kaki gunung tersebut.

Setelah puas berkeliling di gunung, aku diajak turun ke sungai. Waaaaaah airnya dingin, berwarna jernih terus alirannya deras jadi harus hati-hati karena batunya licin. Tapi ini pertama kalinya aku turun ke sungai sejak aku duduk di bangku SMU, dulu suka main di sungai setiap aku mudik ke rumah nenek dari pihak ibu. Kini aku merasakan kebahagiaan bermain air seperti dulu namun bersama belahan jiwaku....
Aku terjatuh 1x saat tanganku terlepas dari genggamannya, aku pun mengaduh. Terlihat Aa begitu kaget dan cemas serta merasa bersalah. "Neng gak papa kok A, kurang hati-hati aja jadi wae jatuh" terangku agar ia tenang. "Alhamdulillah.." jawabnya sambil mengelus dada.
Kami membuka bekal kami di atas sebuah batu besar, dari situ bisa melihat dengan jelas alam sekeliling kami, walaupun bekal seadanya tapi terasa begitu nikmat jika dinikmati penuh rasa syukur. Sambil bercerita, kami menghabiskan bekal itu seraya mengumpulkan tenaga untuk kembali pulang.

Gerimis perlahan turun, kami pun bergegas meninggalkan tempat penuh kenangan bagi kami. Kami kembali menelusuri jalan yang kami lewati tadi, seraya berdoa semoga kami bisa kembali ke tempat itu tidak hanya berdua..mungkin dengan para mujahidulloh kecil kami. Amiiin. Penuh doa dan harapan juga untuk keluarga baru kami, agar senantiasa Alloh ridho atas semua ibadah kami dan membuat kami saling mencintai serta mencintai Alloh di atas segalanya. Amiiin...Tepat jam 10 kami pergi dari gunung putri.



mengumpulkanmemoryyangterserak...
(THE END...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar