Lets take a look inside..

Menengok kembali ke dalam diri kita haruslah sering kita lakukan. Mengingat siapa diri kita, untuk apa Alloh menciptakan kita dan akan kemana kita nanti, merupakan pertanyaan simple namun perlu perenungan panjang untuk menjawabnya.
Kini,lihat lah ke dalam hatimu, mungkin selama ini bukan kedua matamu yang buta, melainkan hatimu...

Jumat, 01 April 2011

Terikat dan Terkait


Goresan ini terinspirasi dari sebuah iklan rokok di televisi yang mungkin kita semua sering melihatnya.  Dalam iklan tersebut digambarkan seorang pemuda yang menggosok-gosokkan lampu ajaib lalu munculah jin yang berpakaian ala jawa, ya mungkin mirip kisah aladin dan lampu wasiat. Kemudian jin tersebut bertanya, "Sebutkan satu saja apa keinginanmu?"
 Sang pemuda tadi menjawab dengan gugup serta malu-malu "Saya ingin menikah dengan bunga kembang desa".
Tak lama impiannya terkabul, ia benar-benar menikah dengan seorang perempuan yang wujud badannya manusia tapi kepalanya berbentuk bunga mawar.

Sekilas memang lucu, menggelikan buat saya pribadi. Tapi coba perhatikan, adakah yang salah dengan iklan tersebut?  atau mungkin ada adegan yang seronok? tentu tidak.  Dari iklan tersebut saya mengambil sebuah pelajaran, bahwa memang ketika seorang hamba berdoa pada Tuhannya, mintalah dengan detail. Si pemuda tadi hanya menyebutkan ia ingin menikah dengan seorang bunga kembang desa, ia sudah memimpikan wanita yang ia maksud namun yang dikabulkan ternyata lain. Klise memang. Simple.
 "Bukankah Allah Maha Tau,? tanpa kita menyebutkan secara detail pun Allah tau apa yang kita pinta."  Itu komentar suami saya saat saya menceritakan iklan tersebut.
 "Ya, Allah memang tau semua keinginan kita bahkan niat yang belum terbersit pun Allah tau, tapi apa salahnya  ketika berdoa, kita menyebutkan  keinginan kita dengan lebih detail?" jawabku.

Contohnya, ini pengalaman pribadi saya ketika hendak menikah. Semua orang di sekitar saya mengingatkan untuk menuliskan kriteria calon suami yang diinginkan di biodata saya nanti, saya hanya tersenyum.
 Teringat nasehat seorang sahabat, "cukuplah sampaikan kriteria itu pada Allah saja, sehingga tidak bingung ketika mengisi biodata nanti".
Sampai kini, setelah menikah saya masih mengingat betul, bahwa biodata ketika ta'aruf itu untuk kolom kriteria suami yang diinginkan saya kosongkan.
Saya cukup menyampaikan semua secara terperinci mulai dari sifat, fisik, hobi, dan kebiasaan, biarlah hanya pada Allah saja, agar hanya menjadi rahasia saya dan Allah saja. Saya pun tak terbiasa menjawab apa kriteria calon suami saya pada semua orang yang pernah bertanya soal itu pada saya. Sekali lagi, sungguh terasa nikmat jika kita bisa punya rahasia hanya dengan Allah saja dan saya merasa menjadi begitu dekat denganNya saat menyampaikan semua keinginan saya.

Dan kini semua kriteria yang saya inginkan sudah Allah penuhi satu persatu, meski tak sekaligus setelah menikah Allah kabulkan namun dengan seiring waktu berjalan Allah kabulkan. Yang paling saya ingat dalam doa saya, saya meminta seorang pendamping hidup kelak yang tidak susah/rewel dalam urusan makan. Itu yang penting, dengan segala aktifitas kita sebelum menikah, mungkin sibuk sebagai aktifitis kampus dan sebagainya ditambah kini telah menjadi seorang istri, ibu rumah tangga, tentu akan memerlukan banyak pengertian dan toleransi dari suami. Belum lagi tidak bisa 24 jam menemani suami makan, masak di rumah, karena aktifitas di luar yang padat. Sehingga saya perlu seorang pendamping yang mengerti aktifitas saya. Alhamdulillah suami saya bukan orang yang mengeluh dan gampang protes ketika saya terlambat pulang untuk menyiapkan makan, justru sebaliknya beliau lah yang menyiapkan buat saya, bukan orang yang banyak menuntut ketika makan harus selalu ditemani istri.

Yah, begitulah pengalaman pribadi saya. Menyampaikan sesuatu baik itu keinginan pribadi atau keinginan orang lain, saya jadi terbiasa menyampaikannya diam-diam, tanpa perlu orang tahu dan tanpa perlu banyak bicara, langsung saja dititipkan pada Allah, dengan begitu akan lebih merasa terikat dan terkait dengan Allah.
Wallohu ‘alam bis showab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar