Lets take a look inside..

Menengok kembali ke dalam diri kita haruslah sering kita lakukan. Mengingat siapa diri kita, untuk apa Alloh menciptakan kita dan akan kemana kita nanti, merupakan pertanyaan simple namun perlu perenungan panjang untuk menjawabnya.
Kini,lihat lah ke dalam hatimu, mungkin selama ini bukan kedua matamu yang buta, melainkan hatimu...

Jumat, 01 April 2011

Turn To Alloh...

Pagi yang bersemangat karena tanggal merah dan week end membuat ku bahagia. Bagaimana tidak, aktifitasku yang padat mulai hari senin hingga jum’at terkadang menyisakan penat. Tapi, hari ini berbeda. Rencana bertemu dan berkumpul bersama sahabat-sahabatku akhirnya bisa terlaksana juga. Meski rencananya spontan.

Berawal dari kesibukkan yang kujalani sehari-hari terasa begitu menyita waktu dan perhatianku. Tapi aku selalu mencoba untuk tetap terus keep in touch dengan para sahabatku. Bagaimana pun sibuknya aku, aku akan selalu merindukan pertemuan dengan mereka. Rindu untuk duduk bersama, bercengkrama, bercerita dan saling mendoakan bersama. Indah rasanya persahabatan ini.

Dan kini, kami memulai cerita kami. Membuka kehangatan dan keakraban seperti dulu lagi. Semua bebas bercerita. Mulai dari aktifitas masing-masing, kejadian yang membuat kami tertawa, mengerutkan dahi, atau cerita yang membuat otak kami mendidih. Aku sangat menikmatinya. Begitupun dengan yang lainnya.

Saat mata seorang sahabat berkaca-kaca, kami pun tahu ia sedang memiliki masalah. Kami pun terdiam. Menunggu kata berikutnya yang akan ia ucapkan. Yang terdengar kini isak tangisnya yang perlahan memecah keheningan kami. Aku pun memandang sahabatku satu persatu, mata mereka seolah-olah mengatakan hal yang sama, “aku tak tahu apa yang terjadi!”
Kuberikan kotak tisu kepadanya, kami biarkan ia menangis sepuasnya. Setelah agak reda, ia tersenyum. Aku pun memberanikan diri bertanya, “ada masalah ya? Ceritakan pada kami, supaya plong hatimu.”
“Iya mbak. Saya lagi sedih.” Jawabnya pelan.

“Sedih kenapa?” Tanya yang lain kompak.

“Ibu saya mbak, seperti tak mengerti keinginan saya. Selalu mendesak saya agar cepat menikah.” Jelasnya terisak.

Kami pun tersenyum menanggapi penuturannya. Aku dan dua sahabatku memang sudah menikah hingga pernah mengalami berada di posisi seperti itu dulu.
“Sabar ya sholihah, semua itu perlu komunikasi yang baik dan waktu serta sabar yang tak ada batasnya.” Ujarku menenangkan.

“ Dalam sebuah kisah diceritakan, ada seorang hamba yang sangat taat dalam beribadah, rajin serta istiqomah dalam meminta pertolongan pada Alloh, bahkan ketika berdoa pun ia tidak pernah mengganti doanya, doanya selalu sama dari hari ke hari. Kemudian malaikat bertanya, “Ya Alloh, mengapa Engkau tidak mengabulkan doa hambaMu?”
Alloh menjawab, “karena aku suka sekali mendengar doa-doa nya yang indah, tutur bahasanya yang cantik, rintihannya ketika memohon padaKu, jika Aku kabulkan permohonannya maka hambaKu tidak akan berdoa lagi padaKu, Aku ingin mendengar doanya lebih lama lagi!” ujar yang lainnya.

“Sabar ya saudariku. Semua orang ujiannya berbeda-beda. Meski Ibumu bersikap seperti itu, janganlah menyimpan kesal padanya.” Sahabatku menambahkan.

Kami semua terdiam. Semakin tertunduk dalam kepasrahan. Bahwa hidup ini memang sudah skenario Alloh. Peran apa pun harus bisa dilakoni dengan baik. Dan terasa indah ukhuwah ini jika Alloh lah tujuan kita. Tak kan pernah menyesal mengenal mereka. Yang selalu menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.

Subhanalloh. Maha suci Alloh yang begitu sayang pada setiap hambaNya. Tak pernah Alloh luput menjaga kita, mengawasi kita, bahkan tak pernah Alloh melalaikan kita sedikit pun apalagi sampai melupakan kita.
Kita lah sebagai manusia yang selalu merasa kurang, tanpa pernah merasa bersyukur atas apa yang Alloh beri, bahkan lupa pada Alloh adalah kelalaian terbesar kita yang sudah biasa kita lakukan.

Turn to Allah
Alloh never far away
Put your trust to Alloh
Raise your hands and pray
”Ooo… Ya Allah…
Guide my steps don’t let me go astray
You’re the only one that showed me the way”
....
(Maher Zein_Insha Alloh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar